Selasa, 24 Mei 2011

Apel pagi terakhir...



"besok selasa 24 mei jam 5.45 apel terakhir di lapangan basket astra"
kata pak ketua RT 3 gedung C2 asrama putra TPB IPB saat soga lorong pada senin malam, 23 mei 2011.
tidak terasa, hampir 1 tahun aku tinggal di asrama ini. teringat lagi saat pertama ku sampai di depan gerbang astra, tanggal 28 juni 2010, setelah melakukan registrasi di grha widya wisuda. lalu aku turun ke gedung C2, melihat di papan pengumuman, ada daftar nama penghuni gedung C2 ini, kulihat nama penghuni kamar 133:
pawitra jarmika suryawinata
cornell ridha'ajie adyas
muhamad masykur
fuad bahtiar
nama-nama yang akan menghuni kamar 133 selama hampir setahun ke depan.
lalu registrasi asrama di lobi gedung C2, penyerahan kunci kamar, masuk ke kamar 133, malamnya diadakan soga gedung di musola C2,
tersirat lagi kenangan-kenangan yang pernah terjadi di asrama ini, di gedung c2, di lorong 3, di kamar 133...
saat soga lorong pertama, bareng lorong 4, berkenalan dengan kak heru, biologi '45, SR kami. bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah, saling memperkenalkan diri dengan gayanya masing-masing, membuat yel untuk lorong, memilih ketua RT.
saat apel pagi pertama, lapangan basket astra penuh dengan penghuni baru asrama ini, wajah-wajah mahasiswa baru IPB dari sabang sampai merauke, saling berkenalan, ngobrol, bercerita tentang segala hal, mendapat nasihat dari presma, kepala BPA, dan orang-orang yang menginspirasi.
dan banyak kenangan lain yang takkan mungkin untuk ku tulis semuanya disini.

kembali ke apel terakhir,
pagi ini kurasakan para peserta apel terlihat berbeda dengan saat mereka mengikuti apel pagi biasa,
mereka terlihat lebih ceria, lebih akrab, entah hanya perasaanku saja atau memang itulah yang terjadi. apel pagi ini hampir sama seperti biasanya, penghuni asrama berbaris sesuai lorongnya, mulai dari C1 lorong 1 hingga C3 lorong 10, lalu pemimpin apel memasuki lapangan, disusul pembina apel...
saat pembina apel berbicara di depan, aku terpaksa harus meninggalkan lapangan, karena pagi ini ada jadwal olahraga jam 6.30 dan akan diadakan ujian. timbul sebuah rasa menyesal dalam hati, tidak dapat mengikuti apel terakhirku di asrama ini, mungkin inilah terakhir kalinya kami semua, penghuni asrama putra TPB IPB dapat berkumpul di lapangan basket astra. tapi apa boleh buat, skala prioritas menempatkan posisi "apel pagi terakhir" ini tepat dibawah "ujian olahraga". >.<

akhirnya, ku harus mengikhlaskan hari ini,
ASRAMA PUTRA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR,
TOGETHER TO BE BETTER.
masih ada waktu kurang dari satu bulan untuk membuat kenangan indah disini.
(C2-133, 21:43 24/05/2011)

Senin, 23 Mei 2011

Imad atau Masykur?


nama, suatu hal yang pertama ditanyakan ketika berkenalan dengan orang lain, karena nama adalah kunci yang dipakai . itulah urgensi sebuah nama.
"namaku muhamad masykur". itulah yang biasa kuucapkan ketika ada yang bertanya nama lengkapku.
"panggil aja imad". tambahan aja, biar mereka lebih mudah memanggilku.

imad dan masykur.
sebenarnya mereka adalah 1 orang. imad adalah masykur, dan masykur adalah imad.
beberapa orang yang baru mengenalku atau tidak terlalu dekat denganku mungkin akan bingung.
"kamu imad kan? lha yang namanya masykur tu yang mana?" pernah terucap dari beberapa teman.
bahkan pernah ada satu kejadian, tidak terlalu parah sih, ketika aku akan mudik ke solo bareng teman-teman seperjuangan di ipb, diadakan sebuah pendataan yang akan ikut mudik bareng. aku mengirim sms ke kakak angkatanku sebagai tanda keikutsertaan dalam acara mudik bareng. entah kesalahan ini tanggung jawab siapa, di daftar nama peserta mudik bareng, tertulis nama "masykur" dan "imad".
wew...

ada teman yang mengira, nama "imad" diambil dari "muhamad" di nama lengkapku. bisa juga sih. tapi bukan itu, "imad" diambil dari "imaduddin". "kok bisa? kan namamu cuma muhamad masykur, imaduddin tu nama siapa?" itu mungkin kata yang akan terlontar setelah mendengar penjelasan yang belum selesai tentang namaku ini.
sejarahnya, (aku belum terlalu yakin dengan ini, tapi lumayan untuk menjawab tanda tanya teman-teman, daripada lumanyun) pada suatu senin, tahun 1992, di sebuah rumah sakit bersalin, terjadilah sebuah kelahiran prematur bayi laki-laki dari rahim seorang ibu muda. beberapa hari, bayi itu diberi nama "muhamad masykur imaduddin".
saat si bayi didaftarkan kelahirannya (membuat akte kelahiran), nama yang tertulis di akte kelahiran adalah "muhamad masykur".

(bukti akte kelahiranku)

aku tak tahu apa alasan dibalik kejadian 'tidak.tercantumnya.nama.imaduddin.di.akte.kelahiran' ini. yang pasti, di semua dokumen tentang aku (ijazah, KTP, SIM, sertifikat, dll) nama yang tercantum adalah "muhamad masykur" tanpa "imaduddin".
walau tidak tercatat secara resmi di negara, tapi seingatku, saat aku kecil ibuku sering memanggilku "imaduddin". (CMIIW ^^). teman-temanku di sekolah, saudara-saudaraku, dan tetanggaku lebih sering memanggilku "masykur".

suatu saat, ketika aku sudah masuk SMA, tersirat di pikiranku, kalau aku memperkenalkan diri dengan nama "masykur" mungkin susah, karena kadang telinga tiap orang berbeda dalam kemampuan menangkap berita. kadang ada yang salah dengar jadi "mastur" (adeknya mandra tuh), "mas pur" (siapa lagi ini?),
atau saat menulis namaku, mereka menulis "mas kur" (ih, alay banget,). terpikirlah sebuah nama yang mungkin lebih mudah ditangkap telinga manusia. "imad"
pertama kali aku gunakan nama itu saat kelasku (sepuluh-tiga) membuat jaket kelas. di jaket itu diberi nama tiap pemiliknya. dan itulah pertama kalinya ku gunakan "imad".

semoga dapat menjawab pertanyaan tentang "imad dan masykur"